PENGOLAHAN SAMPAH

BAB I
PEMBUATAN KOMPOS

A. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan kompos
2. Mengetahui tahapan pengomposan dengan mengetahui perubahan yang terjadi.

B. LATAR BELAKANG
Kompos, sebenarnya sudah kita kenal sejak dahulu kala. Leluhur kita telah lama mempelajari nilai penggunaan kompos itu. Mereka menerima panen yang melimpah setelah hutan primer terbuka. Tempat yang dibuka itu bagian atasnya mengandung tanah yang sangat subur, yang terjadi dari daun-daun, rumput-rumput hancur yang tercampur kotoran burung dan binatang-binatang sehingga terkumpul berabad-abad. Namun ketika mereka berdiam di tempat tersebut dan mengolahnya dari tahun ke tahun, mereka lihat kesuburan tanah itu semakin berkurang. Maka mereka mulai meniru hutan alam, memulihkan tanah tersebut dengan daun-daun, rumput, semak-semak dan kotoran yang dapat dikumpulkan. Dengan demikian tanah dijaga agar tetap subur.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan kompos biasanya diperoleh dari alam, misalnya dari tumbuh-tumbuhan dan bahan organik lainnya. Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk. Bahan organik tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara langsung karena unsur hara yang terkandung di dalamnya tidak dapat diserap oleh tanaman, jadi diperlukan proses pengomposan (Sutedjo, 1995).
Kompos biasanya dibuat secara berselang-seling yaitu bahan dasar, pupuk kandang, pupuk buatan, bahan dasar lagi, dan seterusnya. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk menambahkan unsur hara, sedang pemberian kapur maksudnya untuk menetralkan pH pupuk (Anonim, 2004). Beberapa faktor yang mempengaruhi agar pengomposan berhasil :
a. Ukuran Bahan
Semakin kecil ukuran bahan mentah, maka semakin cepat pula proses pembusukannya. Dan ukuran bahan yang terlalu besar akan menyebabkan lamanya proses pengomposan.
b. Suhu
Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalau rendah akan menghambat pertumbuhan mikrobia perombak. Suhu optimum mikrobia perombak dapat hidup adalah pada suhu 35-40oC.
c. C/N Ratio
Timbunan yang mempunyai C/N ratio tinggi akan menghasilkan panas untuk pembusukan bahan dengan cepat. Kalau timbunan mempunyai C/N ratio yang yang rendah, maka timbunan akan ditumbuhi jamur. Bahan dasar yang mempunyai C/N ratio yang tinggi harus dicampur dengan bahan yang mengandung sumber nitrogen agar proses pembusukan dapat berlangung cepat.
Unsur N merupakan sumber energi bagi mikrobia di dalam melakukan perombakan kompos dalam bentuk urea dan SP-36. kadar C apabila C/N ratio semakin tinggi lebih dari 30% dari proses pengomposan, maka akan terjadi proses immobilisasi.
d. Kelembaban
Pada saat pembuatan kompos harus dijaga kelembabannya agar nitrogen dan amoniak tidak banyak hilang dan agar dapat meningkatkan aktifitas mikrobia perombak. Apabila timbunan menjadi terlampau basah dan aerob, maka pengadukan dapat dilakukan untuk mengembalikan pada keadaan yang normal.

e. pH
pH sangat berpengaruh pada kegiatan enzim. Enzim yang dikelurkan oleh mikrobia menentukan besar kecilnya enzim yang dihasilkan. Untuk mengatasi pH yang terlalu rendah dapat ditambahkan bahan kapur. pH yang optimum untuk proses pengomposan adalah 6-7.
f. Oksigen ( O2)
Degradasi mikrobia akan menurun dengan menurunnya oksigen. Karena fungsi oksigen dalam metabolisme mikrobia dalam keadaan aerob, yaitu bahan organik akan diurai menjadi CO2 dan H2 sedang pada keadaan anaerob, bahan organik akan menghasilkan CO2 dan asam-aam organik. Golongan besar organisme mendekomposisi adalah bakteri, fungi dan actionmycetes. Mikroorganisme ini dapat segera aktif dan baik untuk didekomposisi dan sintesa secara bersamaan.
Ciri-ciri kompos yang baik :
1) Warna coklat sampai hitam.
2) Kadar seratnya sedikit.
3) Strukturnya remah.
4) Konsistensi gembur.
5) Berbau daun yang lapuk.

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Kompos
No Perlakuan Warna Sifat fisik Kadar serat
(%) Suhu Akhir
(C)
1 Jerami Coklat Macak-macak
(lunak) 50 32,5
2 Glyrecideae Hijau kehitaman Macak-macak
(lunak) 30 32,5
3 Jati Coklat tua Macak-macak
(remah) 70 32,5

E. PEMBAHASAN
Dalam pembuatan kompos ini, bahan terlebih dahulu diinkubasi selama kurang lebih 7 minggu. Setelah itu, pada masing-masing perlakuan diamati perubahan-perubahan yang terjadi diantaranya warna, sifat fisik, kadar serat (%) dan suhu (oC). maing-masing perlakuan tersebut, antara lain :
1. kompos dengan bahan mentah berupa Glyrecideae
Ditinjau dari sifat fisiknya, kompos dari bahan mentah Glyrecideae memiliki sifat macak-macak (lunak), warna hijau kehitam-hitaman dan kadar serat 30%, maka kompos ini dikatakan sudah cukup matang, hal ini dapat dilihat dari kandungan serat yang terdapat dalam kompos tersebut. Pada saat diperas serat yang tersisa sedikit. Apabila dibandingkan dengan jati dan jerami, proses pengomposan pada Glyrecideae lebih efektif, karena kandungan lignin yang ada pada Glyrecideae agak rendah.
2. Kompos dengan bahan mentah berupa jerami
Ditinjau dari sifat fisiknya, kompos dari bahan mentah jerami memiliki sifat macak-macak (lunak), warna coklat dan kadar serat 50%, Apabila dibandingkan dengan jati, proses pengomposan pada jerami lebih efektif, karena kandungan lignin yang ada pada jerami agak rendah dibandingkan jati. Ratio C/N yang tinggi pada jerami juga agak menghambat pematangan proses pengomposan.
3. Kompos dengan bahan mentah daun jati
Ditinjau dari sifat fisiknya, kompos dari bahan mentah jati memiliki sifat macak-macak (remah), warna coklat tua dan kadar serat 70%, maka kompos ini dikatakan belum cukup matang. Apabila dibandingkan dengan Glyrecideae dan jerami, proses pengomposan pada jati berjalan lebih lama, karena kandungan lignin yang ada pada jati sangat tinggi.

F. KESIMPULAN
1. Perubahan yang terjadi pada pembuatan kompos dari bahan :
a. Glyrecideae
– Sifat fisik : macak-macak (lunak)
– Warna : hijau kehitam-hitaman
– Kadar serat : 30%
– Suhu akhir : 32,5 0C
b. Jerami
– Sifat fisik : macak-macak (lunak)
– warna : coklat
– Kadar serat : 50%
– Suhu akhir : 32,5 0C
c. Daun jati
– Sifat fisik : macak-macak (remah)
– Warna : coklat tua
– Kadar serat : 70%
– Suhu akhir : 32,5 0C
2. Proses pengomposan yang paling cepat adalah pada kompos Glyrecideae dan yang berjalan lama adalah daun jati.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

1 Comments Add yours

Tinggalkan komentar